Jakarta (Unas) – Program studi Agroteknologi Fakultas Biologi dan Pertanian Universitas Nasional (FBP Unas) ikut berpartisipasi dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD) #Sawit Baik yang diselenggarakan oleh Yayasan Pusat Pentahelix Ilmuwan Pertanian Indonesia bersama dengan PT Daya Mitra Bersama Global (DMB Global) yang didukung oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) di Swissbell Hotel Bogor, Kamis, 02 November 2023.
Adapun yang mengikuti kegiatan ini yaitu, Ketua Program Studi Agroteknologi Ir. Etty Hesthiati, M.Si., Dosen Program Studi Agroteknologi Ir. Inkorena G.S. Sukartono, M.Agr. serta mahasiswa dari Program Studi Agroteknologi. Turut juga dihadiri Wakil Dekan FBP Unas Prof. Dr. Dra. Sri Endarti Rahayu, M.Si. dan Ketua Program Studi Biologi Dra. Noverita, M.Si.
FGD membahas tiga tema yaitu Isu Sosial, Lingkungan Dan Kesehatan pada Industri Kelapa Sawit Indonesia, Menggali Potensi Kelapa Sawit, dan Tata Laksana Pembentukan Sikap Positif Masyarakat Terhadap Kelapa Sawit Melalui Sistem Pendidikan Berkelanjutan
FGD ini berfokus membahas mengenai pembentukan sikap positif masyarakat Indonesia terhadap sawit melalui sistem pendidikan yang berkelanjutan. Sementara topik dan alasan utama dalam diskusi ini adalah kelapa sawit memiliki daya saing yang tinggi dan telah memberikan kontribusi yang sangat berarti pada perekonomian Indonesia. Sawit telah membuktikan keunggulan dalam banyak aspek, dari harga yang kompetitif hingga kualitas yang lebih baik, produktivitas yang lebih tinggi, dan manfaat yang lebih banyak dibandingkan dengan minyak nabati lainnya.
Ketua Program Studi Agroteknologi Ir. Etty Hesthiati, M.Si. menyatakan bahwa prodi Agroteknologi mengikuti kegiatan FGD ini untuk ikut berperan aktif dalam mengkampanyekan sawit baik. Menurutnya, Sawit sudah berkontribusi kepada Indonesia karena sudah memberikan pemasukan sebesar 600 Triliun kepada Negara dan mempekerjakan lebih kurang 16-20 juta pekerja dalam usaha perkebunan sawit.
Terkait dengan kampanye sawit baik, Ia mengungkapkan bahwa adanya stigma negatif terhadap sawit dengan melakukan kampanye negatif tentang sawit serta didorongnya kebijakan hambatan perdagangan terhadap minyak kelapa sawit.
Etty juga mengungkapkan bahwa kampanye negatif ini sering kali mengangkat isu-isu lingkungan dan sosial sehingga menciptakan stigma negatif di sebagian masyarakat Indonesia. Sehingga menurutnya, jika stigma ini dibiarkan, konsekuensinya dapat merugikan industri kelapa sawit dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Ketua Umum Yayasan Pusat Pentahelix Ilmuwan Pertanian Indonesia, Dr. Ir. Paristiyanti Nurwardani, MP. saat menyampaikan sambutannya dalam acara Focus Group Discussion (FGD)
Sementara itu, Ketua Umum Yayasan Pusat Pentahelix Ilmuwan Pertanian Indonesia, Dr. Ir. Paristiyanti Nurwardani, MP. saat dimintai keterangan di sela acara mengatakan, Kelapa sawit memiliki daya saing yang tinggi dan telah memberikan kontribusi yang sangat berarti pada perekonomian Indonesia. Sawit telah membuktikan keunggulan dalam banyak aspek, dari harga yang kompetitif hingga kualitas yang lebih baik, produktivitas yang lebih tinggi, dan manfaat yang lebih banyak dibandingkan dengan minyak nabati lainnya.
“Namun sejauh ini justru terbentuk framing negatif terhadap kelapa sawit, misalnya soal kelestarian lingkungan. Inisiasi mengangkat isu kelapa sawit muncul karena adanya kekhawatiran atas framing negatif yang ada di masyarakat,” kata Paris.
Dengan adanya stigma negatif ini, Ia berinisiatif untuk menggandeng perguruan tinggi yang tergabung dalam APTS-IPI dan mengajak mahasiswa untuk ikut serta mengkampanyekan sawit baik. “Mahasiswa tentu jadi salah satu garda terdepan. Maka pasti akan terlibat dalam tiga kegiatan mulai dari pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, yang dilakukan bersama dosen,” ungkapnya.
Selain itu, mahasiswa juga akan dilibatkan dalam program kampanye kreatif melalui media digital misalnya sosial media di antaranya youtube.
“Kita harus menjaga ketahanan Industri sawit dengan melakukan berbagai program yang dapat memberikan sikap positif terhadap masyarakat melalui Pendidikan, jika hal ini tidak terlaksana dan membiarkan serbuan kampanye negatif dibiarkan, maka bukan tidak mungkin Ekonomi Indonesia diambang kehancuran, mari segenap elemen bangsa turut serta mensukseskan pembentukan sikap positif masyarakat Indonesia terhadap industri kelapa sawit melalui sistem pendidikan yang berkelanjutan,” jelas Paris. (DMS-MPR UNAS)