Siswa/siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) bersama Dosen Fakultas Pertanian UNAS[/caption]
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Nasional (UNAS) konsisten dalam pengabdian kepada masyarakat, ini menjadi cerminan selalu menjalankan Tri Darma Perguruan Tinggi. Pada kesempatan kali ini pada dosen memberikan pelatihan kepada siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) yang merupakan generasi muda untuk membuat pengolahan komposting limbah organik. Pelatihan tersebut disampaikan oleh Ketua Pusat Pemberdayaan Masyarakat (PPM) UNAS, Ir. Etty Hesthiati, M.Si., dan Dekan Fakultas Pertanian Unas, Ir. Inkorena G.S. Sukartono, M. Agr.
Dalam paparan materinya, Ir. Etty Hesthiati, M.Si menyampaikan mengenai Komposting dan Mutu Kompos. Sementara Ir. Inkorena G.S. Sukartono, M.Agr. menjelaskan mengenai Praktek Pengolahan Sampah Organik menjadi Kompos yang bermutu tinggi.
Adapun peserta pelatihan ini diikuti oleh siswa yang tergabung dalam kelompok Gerakan Cinta Lingkungan (GCL) dari SMAN 34, SMA Kharisma, SMA Cendrawasih, dan SMA PGRI 3. Kegiatan ini dilakukan selama satu bulan yakni pada 14 Oktober 2020 hingga 17 November 2020 yang terpusat di SMAN 34.
Dalam keterangan tertulisnya, Etty menerangkan, kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini penting dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan praktik kepada siswa SMA mengenai pemupukan dan pengelolaan sampah organik.
“Pemupukan itu salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kesuburan tanah dengan memperhatikan sifat kimia, fisika, dan biologi tanah. Hal ini perlu dilakukan agar tanaman dapat tumbuh lebih baik dan menghasilkan kuantitas maupun kualitas hasil lebih baik,” jelas dosen pertanian UNAS itu, Jumat (23/10).
Sementara itu, lanjut Etty, pemupukan tersebut dapat dilakukan menggunakan pupuk kimia maupun pupuk organik. “Pemanfaatan sisa panen maupun sampah organik menjadi pupuk merupakan salah satu bagian dari konservasi tanah dalam upaya pelestarian yang ramah lingkungan,” tambahnya.
Ia juga menuturkan, pupuk organik atau kompos juga memiliki kandungan unsur hara yang lengkap, baik makro maupun mikro yang tidak dimiliki oleh pupuk an-organik. Selain itu, pupuk organik juga mengandung makro dan mikro organisme tanah yang mempunyai pengaruh yang sangat baik terhadap perbaikan sifat fisik tanah dan sifat biologis tanah.
Dalam praktiknya, Ir. Inkorena G.S. Sukartono, M. Agr. mengatakan, pada pembuatan pupuk organik kompos ini, bahan yang diperlukan dapat berasal dari limbah organik di sekitar, maupun dari hasil limbah rumah tangga.
“Bahan yang digunakan bisa banyak, tidak hanya dari daun saja tetapi campuran beberapa jenis daun, kulit buah-buahan, bekatul, kulit telur, kulit udang, juga tepung ikan atau ikan rusak. Bahan tersebut kemudian direbus dan akan menghasilkan pupuk organik yang mengandung hara baik makro maupun mikro,” jelasnya.
Inkorena menambahkan, proses dalam komposting ini adalah bentuk fermentasi, sehingga tidak dihasilkan bau yang busuk, melainkan segar seperti alkohol. Namun, jika yang terjadi adalah pembusukan, maka bau yang akan ditimbulkan tidak sedap.
“Pembusukan tersebut dapat terjadi apabila bahan terlalu basah dan tumpukan bahan terlalu padat, sehingga tidak ada udara. Proses fermentasi ini pun dibutuhkan mikroba sebagai pengurai. Jika semakin banyak jumlah dan macam mikro efektif yang berperan, maka proses fermentasi akan berjalan lebih cepat dan sempurna,” tandasnya.
Di sisi lain, Kepala Sekolah SMAN 34, Dra. Hj. Umi Harini, M.M. mengatakan, pelatihan ini merupakan kelanjutan dari berbagai kegiatan sebelumnya yang telah dilakukan Fakultas Pertanian dan Pusat Pemberdayaan UNAS dengan SMAN 34 Jakarta Selatan, khususnya dalam pembinaan kepada kelompok GCL SMAN 34.
“Kegiatan ini dilakukan dalam rangka pendidikan karakter melalui ekstrakulikuler yang diselenggarakan oleh Sekolah Adiwiyata Mandiri SMAN 34 Pondok Labu, Jakarta Selatan,” katanya selaku penanggung jawab kegiatan.
Kegiatan ini juga turut melibatkan dua mahasiswa Unas yakni Fajar Tri Wahyudi dan Takhean Zaenandi.